The Subtle Art of Not Giving Af * Ck Review

Review Buku The Subtle Fine art of Not Giving a F*ck - Mark Manson

Published: Thursday, 27 July 2017 Written past Dipidiff

Judul : The Subtle Art of Not Giving a F*uck

Penulis : Marking Manson

Penerbit : Harper I

Edisi : Pertama Tahun 2016

Jumlah Halaman : 240 halaman

Harga : Rp.256.000

Edisi Bahasa Inggris

New York Times and World and Mail Bestseller

Bachelor at Periplus Setiabudhi Bandung Bookstore

Sekilas Tentang Isi Buku

Mark Manson tentu bukan penulis karbitan. Web log markmanson.net adalah salah satu bukti dari kepiawannya dalam urusan tulis menulis sejak dulu. Pembaca blognya mencapai jumlah yang cukup fantastis, mereka datang ke sana bukan cuma untuk mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju tapi juga untuk mengkritisi tulisan-tulisan Mark yang bisa dikatakan "kadang nyeleneh".

Buku The Subtle Fine art of Not Giving a F*ck adalah buku pengembangan diri yang ditulis oleh Mark Manson dengan gaya bahasa yang sama nyelenehnya. Buku ini berisi tentang bagaimana seharusnya kita melihat sebuah kelemahan, tentang makna bahagia, tentang prinsip hidup, tentang cara bangkit dari kegagalan, tentang pentingnya menderita dan mengemban tanggungjawab, tentang berkata tidak, tentang hidup adalah pilihan, tentang lahir kembali setelah kehancuran, dan semua itu diungkapkan oleh Mark dengan bahasa yang "menyebalkan", kasar, ga ada sopan santun, dan kadang menyakitkan.

Permasalahannya adalah apa yang dikatakan Marking ada benarnya, tepat kena di poinnya, makanya, buku ini meskipun kasar bahasanya, namun best seller predikatnya. Sebagian tulisan dalam buku telah dipublikasikan pula oleh Marking di dalam blognya.

Menurut Marking, berhentilah selalu berpikir positif setiap saat jika benar-benar ingin menjadi lebih baik dan lebih bahagia. Padahal kita selama ini selalu dibanjiri oleh nasihat "go on postive thinking" kan ya. Dalam sudut pandangnya yang berbeda ini Mark tentu saja berargumen sangat baik, ia lengkapi pendapatnya dengan data hasil penelitian dan fakta pendukung lainnya. Kalian ingin tau sepandai apa argumentasinya?

Yang Mark inginkan adalah agar orang-orang mulai belajar menerima kenyataan dan menerima dirinya apa adanya. Berhenti bersikap manja dan belaku seolah-olah selalu menjadi korban deh. Lebih baik akui kesalahan, terima kelemahan, hadapi kenyataan. Sebab itulah satu-satunya cara untuk menemukan keberanian, kejujuran, kebahagiaan, dan makna hidup yang sejati. Tapi bagaimana cara detailnya?

Yuk kita intip daftar isinya ?.

Chapter 1 Dont Try

The feedback loop from hell

The subtle art of not giving a fuck

So mark, what the fuck is the point of

This volume anyway?

Affiliate 2 Happiness is a Problem

The misadventures of disappointment panda

Happiness comes from solving problem

Emotions are overatted

Choose your struggle

Chapter three Y'all Are Not Special

Things fall apart

The tyranny of exceptionalism

B-b-b-just, If im not going to exist special or extraordinary, whats the bespeak

Chapter 4 The Value of Suffering

The self awareness onion

Rock star problem

Shitty values

Defining good and bad values

Chapter 5 You Are Ever Choosing

The choice

The tesponsibility/error fallacy

Responding to tragedy

Genetics and the paw we're dealt

Victimhood chichi

There is no "how"

Chapter 6 You Are Wrong About Everything (just And then am I)

Architects of our own beliefs

Be careful what you believe

The danger of pure certainty

Manson'southward law of avoidance

Kill yourself

How to be a picayune less certain of yourself

Chapter 7 Failure is The Way Forwards

The failure/ success paradox

Pain is part of the procedure

The "practice something" principle

Affiliate eight The Importance of Saying No

Rejection makes your life ameliorate

Boundaries

How to built trust

Freedom through commitment

Chapter 9 ... And so You Die

Something across our selves

The sunny side of death

Fisik Buku

Saya suka buku not fiksi yang halamannya ga tebal-tebal amat, buku Mark Manson ini cuma 240-an halaman  cukuplah ya untuk kategori ketebalan buku pengembangan diri, sehingga yang bacanya juga ga kelelahan dan bisa menyerap informasi isi buku dengan cukup nyaman. Kertas buku ringan, dimensi buku tidak semungil novel namun tetap sama "ringkes"nya untuk dibawa kemana-mana. Pilihan warna cover cukup menyolok, oranye! Belum lagi huruf-huruf judul buku yang berwarna putih bikin makin menonjolkan judulnya yang unik.

Opini

I am the NYTimes bestselling author ofThe Subtle Art of Non Giving a Fuck, a blogger, and net entrepreneur. I write about big ideas and give life advice thatdoesn't suck. Some people say I'm an idiot. Other people say I saved their life. Read and determine for yourself. - prolog markmanson.net

Awalnya saya juga rada terkejut dan tahan nafas saat baca buku ini, pasalnya pilihan bahasanya memang ga umum untuk buku-buku bergenre pengembangan diri. Kita sudah begitu terbiasa dimotivasi, dibanjiri empati, dan dininabobokan dengan kalimat-kalimat santun sang penulis, sehingga setelah membaca muncul rasa percaya diri, serta semangat akan adanya secercah harapan di masa depan.

Tapi buku yang ini beda, selepas baca rasanya muka seperti selesai "digampar" sehingga sadar. Hidup kokleyeh-leyeh, kokgrutu grutu, kok nuntut ini itu tapi ga mau berkorban dan berjuang. Emang situ anak miliuner, yang miliuner aja butuh kerja keras. Emang situ spesial? Ya ngga lah, muka biasa, bakat apa adanya, terus itu salah siapa? Mau ngasihani diri sendiri? Makan tuh rasa kasihan. Nah, begitu deh kira-kira rasanya abis baca buku ini. Ngomong-ngomong, di bawah ini saya tuliskan beberapa cuilan kalimat Mark di bukunya agar kalian bisa memahami apa gaya bahasa Mark yang saya maksudkan ya.

Anybody and their TV commercial wants y'all to believe that a central to a expert life is a nicer job, or a more rugged car, or a prettier girlfriend, or a hot tub with an inflatable puddle for the kids. The world is constantly telling you lot that the path  to a better life is more, more than - buy more, own more, brand more, fuck more, exist more. Yous are constantly borbamrded with messages to give a fuck about everything, all the time. Give fuck with a new TV. Give a fuck about buying that new lawn ornamentation. Give a fuck about having the right kind of selfie stick. Why? My approximate : because giving a fuck about more than stuff is skilful for concern. (Halaman 5)

paragraf selanjutnya makin ramai dengan kata fuck tentunya,

Namun saya banyak senyumnya juga kalau kebetulan sindirannya pas kena di hati, atau penjelasan Marker sedang nyelekit-nyelekitnya tapi juga sedang benar sebenar-benarnya. Jadi ingin ketawa penuh ironi begitulah. Coba disimak contoh kalimatnya di bawah ini.

Y'all stand up in front of the mirror and repeat affirmations saying that you are beautiful because yous feel as though you are not beautiful already.

...

Afterward all, no truly happy person feels the need to stand up in front of mirror and recite that she's happy. She simply is.

....

There's  a saying in Texas: "The smallest dog barks the loudest". A confident man doesn't feel a need to prove that he'southward confident.

(halaman iv)

Hal lain yang saya anggap unik dan saya sukai adalah adanya cerita tokoh yang selalu mengawali tiap bab. Kisah-kisahnya dibawakan Mark dengan narasi yang baik dan tak terburu-buru sehingga pembaca dapat menghayatinya. Tentu tiap kisah ada kaitannya dgn isi bab yang bersangkutan. Adanya cerita seperti itu membuat topik inti bab terasa lebih mudah dipahami serta lebih luwes saat disampaikan. Analoginya kurang lebih seperti kelereng yang menggelinding di lantai berpermukaan halus, terasa mulus sekaligus meluncur cepat dan tajam, persis seperti gayanya Marker Manson bertutur tulisan.

DON'T TRY

Charles Bukowski was an alcoholic, a womanizer, a chronic gambler, a lout, a cheapskate, a deadbeat, and on his worst 24-hour interval, a poet. He's probably the last person on world y'all would ever look to for life advice or expect to see in whatever sort of self-assist volume.

Which is why he's the perfect place to outset.

Bukowski wanted to be a writer. But for decades his piece of work was rejected past almost every magazines, newspaper, journal, agent, and publisher he submitted to. His piece of work was horrible, they said. Rough. Disgusting. Depraved. And as the stacks of rejection slips piled up, the weight of his failures pushed him deep into an alcohol-fueled low that would follow him for most of his life.

(Affiliate 1)

Di bab Don't Try ini, Mark mengawalinya dengan kisah Bukowski yang pecundang, tak punya kecakapan, tapi ingin jadi penulis. Di ujung kisah tentuhappy ending. Bukowski jadi penulis terkenal. Tapi itu artinya ia mencoba dong, bukan "don't try". Oh jangan terkecoh dulu. Nanti selepas cerita Bukowski, Mark akan menjelaskan kenapa denganDon't Endeavour malah kita bisa meraih keberhasilan.

Apa yang sebenarnya ingin disampaikan Marking sama dengan mayoritas pesan di buku motivasi dan pengembangan diri. Kita tentu sudah tak aneh lagi kan dengan kalimat bijak seperti "penting untuk bisa berkata tidak", "kegagalan adalah awal dari kehidupan dan kesuksesan", dan "hidup adalah pilihan kita". Tapi ada juga beberapa sudut pandang baru yang saya temukan di buku ini, contohnya seperti konsep kebahagiaan dan konsep bahwa setiap manusia itu unik dan spesial. Mark Manson nyatanya tidak beranggapan begitu, setidaknya dia punya sudut pandang dan penjelasan yang berbeda. Kalian ingin tau detailnya? Silahkan baca sendiri ya, saya tak ingin membuka kisi-kisi buku terlalu banyak ?.

Lalu, belum cukup memanas-manasi pembaca dengan gaya bahasa dan sudut pandangnya yang berbeda itu, Mark juga melengkapi tiap bab dalam bukunya dengan kalimat-kalimat kesimpulan yang mengundang pembaca untuk berpikir dalam. Biasanya kalimat penting ini ia letakkan di tengah dan ditebalkan sehingga terlihat menyolok serta gampang dicari. Ini contohnya,

The desire for more positive experience  is itself a negative experience. And, paradoxically, the credence of ane'southward negative experience is itself a positive experience.

- halaman 9

Rekomendasi

Saya rekomendasikan buku ini bagi pembaca yang menyukai buku pengembangan diri, yang mencari gaya bahasa yang berbeda dalam penyampaiannya, yang lebih suka hal-hal yang nyata daripada kalimat-kalimat motivasi semanis madu namun tak banyak faedahnya, yang ingin segera menyadari "hidup ini perih, kawan!" dan bangkit dengan gagah berani.

Para pencari kebahagiaan juga cocok untuk membaca buku ini, atau yang baru saja mengalami kegagalan dan keterpurukan, yang merasa tidak istimewa dan bagian dari sampah dunia, yang jelas-jelas ga punya rasa percaya diri, serta ragam bentuk kegalauan hidup di dunia lainnya, yuk coba baca, siapa tau mendapatkan pencerahan. Meski begitu, kita yang kehidupannya bisa dibilang stabil pun ada baiknya menyimak buku ini. Biar lebih bijak sana dan bijak sini, serta makin pandai mengelola emosi.

Pembaca usia dewasa saja ya saya kira. Soalnya saya rada khawatir dengan diksinya yang nyeleneh ini kalau dibaca anak-anak dan remaja.

-------------------------------------------------------------------------

Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.

Dipi has been beingness a reader since she was a picayune kid, five or half dozen yo. Her favorite reading time was bed-time with Mom and Bobo magazine. She loves reading fiction and non fiction. Books aid her a lot during her teenager and her other struggling period of life. Once a week, she appear for streaming radio nbsradio.id (alliance with VOA), she has a book program named NBS Book Review, and a self improvement program named Positive Vibes. Dipi collaborates with her partner, Andri Irawan, create book podcast (Spotify Bookita, Instagram @bookita.podcast. Now she has her own podcast (Ballast & Spotify DipidiffTalks; Instagram @dipidiff_talks @dipidiffofficial). Her other passions link to instruction and entrepreneurship. That's why she is nurturing her ain small concern, Dipidiff Official Store (instagram @dipidiffofficialstore , Tokopedia Dipidiff Official Store), and her personal branding Dipidiff,  while keeping decorated beingness a mom of one and coaching for some teenagers and young - adults at Growth Tracker Program, it is a individual program - special purpose, which help (especially) teen and young adult to detect their passion and unleash their potential. Dipi retired from working at university and enjoy her time at training institution. Right now, she is an educator and Periplus Bandung Administrator (occasionally alliance with Periplus Indonesia). She is getting older, she dreams a quiet life and contributing equally best as she can for community.

Contact Dipidiff at This email address is beingness protected from spambots. Yous need JavaScript enabled to view information technology..

jonesreareento.blogspot.com

Source: https://www.dipidiff.com/review-buku/non-fiction/80-review-buku-the-subtle-art-of-not-giving-a-f-ck-mark-manson

0 Response to "The Subtle Art of Not Giving Af * Ck Review"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel